Gaya intermolekuler pada polimer dapat dipengaruhi oleh dipol pada unit monomer. Polimer yang mengandung gugus amida atau karbonil dapat membentuk ikatan hidrogen antara rantai yang berdekatan. Atom hidrogen yang bermuatan positif pada gugus N-H akan tertarik kuat pada oksigen yang bermuatan negatif pada gugus C=O. Ikatan hidrogen yang kuat ini akan berimbas ada naiknya kuat tarik dan titik leleh, misalnya pada polimer yang mengandung uretan atau urea. Poliester mempunyai ikatan dipol-dipol antara atom oksigen pada C=O dengan atom hidrogen pada gugus C-H. Ikatan dipol tidak sekuat ikatan hidrogen, jadi titik leleh poliester lebih rendah, tetapi mempunyai fleksibilitas yang tinggi.
Etena tidak mempunyai dipol permanen. Gaya tarik antara polietilen ditimbulkan karena gaya van der Waals yang lemah. Molekul dapat menjadi kuat karena dikelilingi oleh awan elektron. Pada saat dua rantai polimer mendekat, elektron-elektron kedua molekul akan bertolakan satu sama lain. Akibatnya densitas elektron akan menurun pada satu sisi rantai polimer, membuat dipol positif kecil pada sisi tersebut. Muatan ini tidak cukup untuk untuk menarik rantai polimer lain. Gaya van der Waals bersifat lemah, dengan demikian polietilen mempunyai titik leleh yang rendah dibandingkan polimer lain.